14 September 2005

Implikasi luas jaringan akses Internet kecepatan tinggi.

Tidak seperti layaknya koneksi internet biasa dengan dial-up yang saat ini terasa makin lambat. Jaringan pita lebar atau yang biasa disebut  broadband (ratusan kilobit hingga megabit per detik) di Internet saat ini mulai banyak digunakan sampai ke tingkat pengguna rumahan kota besar. Akses Internet broadband memungkinkan kita dapat menikmati berbagai aplikasi berbasis Internet yang sebelumnya sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan dengan saluran dial-up, seperti Video on Demand, TV online, Radio online, telepon melalui Internet (VoIP), game interaktif online, dan sederet aplikasi interaktif lain berbasis Internet yang semakin menarik dari waktu ke waktu. Kecepatan akses melalui jalur pita lebar Internet ini seolah sama atau bahkan lebih cepat dibanding kita membuka sebuah aplikasi dari hard disk komputer lokal. Pendeknya, Internet kecepatan tinggi berdampak perlu ada redefinisi dan pemetaan ulang bisnis. Di Amerika, menurut Business TMC net, raksasa search engine Google dikabarkan akan mengratiskan akses Wi-Fi di Amerika. Langkah Google ini diramal akan menghancurkan bisnis operator macam SBC, Verizon dan lain-lain. Teknologi VoIP oleh pengamat diidentikkan dengan teori E=M*C2 nya Einstein yang menjadi, Matinya Operator Telekomunikasi = Free WiFi * Free VoIP2.

Terobosan untuk efisiensi dan mencerdaskan orang Indonesia.

Negara-negara lain telah berlomba membangun infrastruktur Internet kecepatan tinggi. Dampaknya, arus informasi menjadi semakin deras dan cepat. Kecepatan dan akses informasi yang semakin luas adalah daya saing suatu bangsa. Jika bangsa kita tertinggal membangun infrasturktur informasi dan komunikasi, ibarat siput beradu lari dengan seekor cecak. Maka jelas si siput kalah. 

Agaknya pembuat kebijakan di negeri ini harus lebih percaya bahwa rakyat dari pelosok negeri ini sampai pada pelaku bisnis swasta di gedung bertingkat kota besar saat ini sudah dapat membangun sistem komunikasi berbasis Internet yang murah secara swadaya. Bukankah cara itu sebenarnya meringankan anggaran pemerintah ? Secara de-facto, teknologi wireless broadband network yang ada saat ini sangat memungkinkan untuk menjadi tulang punggung informasi komunikasi sampai pelosok pucuk gunung dimanapun wilayah negeri ini. Pemerintah daerah tingkat dua-pun dapat mulai bersaing dengan daerah lainnya dengan membuka lebar jalur akses informasi dari dan untuk masyarakatnya.

Negara kita saat ini sudah lama mengalami masa sulit. Artinya, kita perlu menghilangkan berbagai sumber inefisiensi, termasuk membuang regulasi yang kontra produktif terhadap perluasan akses informasi bagi masyarakat. Dengan membangun jalur komunikasi informasi kecepatan tinggi yang dapat dibangun sendiri oleh masyarakat, negara bisa menghemat banyak hal, namun sekaligus membuat rakyatnya semakin cerdas. Lompatan teknologi harus ditempuh dan broadband pun tidak lagi hanya menjadi konsumsi orang kota.

Hadirnya akses Internet kecepatan tinggi jelas akan mendorong tumbuhnya industri ASP (Application Service Provider) yang akan memberi peluang bagi pengembang piranti lunak Indonesia untuk menyewakan beragam program aplikasi bisnis secara online kepada publik. Apalagi di era makin tegaknya Undang-Undang Hak Atas Kekayaan Intelektual saat ini, hal ini jelas merupakan efisiensi yang luar biasa bagi pengguna. Karena cukup dengan menyewa, tidak diperlukan lagi untuk selalu membeli piranti lunak aplikasi. Tarip sewa pun bisa diatur sesuai dengan waktu pemakaian. Cara ini juga merupakan jalan keluar bagi perusahaan kecil untuk dapat menggunakan piranti lunak bisnis dengan harga yang ekonomis dan tidak perlu membajak. Nilai plus lain, penyewa akan selalu mendapatkan versi terbaru yang dikembangkan oleh para pengembang perangkat lunak.

Untuk aplikasi pendidikan, kalau saja tidak mementingkan seremonial dan pengaturan yang aneh-aneh, detik inipun dengan program gratis seperti Yahoo Messenger, audio dan video conference dapat digunakan misalnya untuk memberi pelajaran atau kuliah jarak jauh antara Surabaya dengan Jayapura. Apalagi dengan teknologi broadband, ragam konten aplikasi pendidikan yang biasanya hanya diperoleh di Jawa dapat diikuti secara multimedia di seantero negeri. Alangkah bahagianya bangsa ini, apabila murid-murid SD di Papua dapat bertukar cerita pelajaran secara multimedia dengan rekan-rekannya di Jambi. Negeri kita lebih kaya akan pesonanya dibanding negeri lain. Cuma karena kita tidak memasuki pertempuran informasi dunia yang juga dilakukan melalui Internet, popularitas kita di bawah Singapura. Tersedianya jalur Internet kecepatan tinggi, memudahkan konten pariwisata dari seluruh pelosok negeri ini semakin mudah untuk diakses juga secara multimedia oleh pengguna Internet mancanegara. Ini semua tentu saja bukan khayalan, karena teknologi yang dapat menjawab permasalahan tadi secara murah telah banyak tersedia di pasaran.

Sekalipun telah menggunakan teknologi informasi komunikasi, banyak perusahaan yang belum mengetahui bahwa dapat dijalin koneksi online untuk data, suara dan gambar yang membentuk sebuah kesatuan antarkantor misalnya antara Jakarta, Surabaya, Balikpapan dan Banjarmasin. Kesatuan koneksi online itupun dapat disambungkan langsung melalui satu saluran ke Internet untuk dipakai secara bersama-sama. Itu semua untuk perusahaan besar yang mampu. Untuk perusahaan skala UKM yang notabene adalah basis ketahanan ekonomi Indonesia, asalkan semua potensinya terkoordinir dalam jumlah tertentu, biaya akses dapat ditanggung renteng secara bersama. Penjelasan yang intens kepada pelaku bisnis di semua lapisan oleh penyedia jasa komunikasi data dan Internet khususnya di daerah-daerah, tentunya akan menaikkan permintaan sekaligus menaikkan ARPU (Average Revenue Per User) penyedia jasa. Yang akhirnya dapat menurunkan harga satuan hingga masyarakat-pun akan semakin menjangkau dan mendapat manfaatnya.