05 February 2007

Penyedia Jasa Komunikasi Informasi Perlu Serius Buat Rencana Darurat

03 Februari 2007, 17:56:25, Laporan Iping Supingah

Belajar Dari Banjir Jakarta
Penyedia Jasa Komunikasi Informasi Perlu Serius Buat Rencana Darurat

ssnet| Sebagai langkah antisipatif, secara teknis harusnya ada beberapa jalur alternatif yang dipunyai oleh operator atau penyedia jasa untuk kondisi darurat.

Bencana alam memang tidak bisa diduga kapan akan terjadi dan bagaimana akibatnya. Namun bukan berarti kita sebagai manusia sampai dengan batas tertentu tidak dapat mengantisipasinya.

LENDY WIDAYANA Managing Partner IDD Research and Documentary pada suarasurabaya.net, Sabtu (03/02) mengatakan, terganggunya Sentral Telepon Otomat (STO) Semanggi II di Jl. Gatot Soebroto yang sangat strategis di Jakarta karena banjir Jumat (02/02) kemarin mengakibatkan puluhan ribu SST di wilayah segitiga emas terputus. Sebenarnya ini sudah pernah terjadi ketika jaman Menparpostel JOOP AVE tahun 1996 lalu.

Kata LENDY, di layanan internet kerugian juga dialami oleh pelanggan internet Speedy PT. Telkom. Karena simpul akses se Indonesia ke gerbang internet internasional yang berada di Jakarta mengalami gangguan juga akibat banjir. Praktis pelanggan Speedy PT. Telkom di luar Jakarta pun terkena imbasnya.

Menurut LENDY, populasi pelanggan di Jakarta memang besar, namun pelanggan Speedy bukan hanya di Jakarta. Di manapun mereka, sebagai pelanggan semuanya menuntut ketersediaan (availability) akses yang sama. Jika menyangkut layanan publik secara massal seharusnya desain sistem informasi komunikasi wajib memasukkan unsur disaster recovery (pemulihan dari bencana) dan contingency planning (rencana darurat) sebagai bagian dari SLA (Service Level Agreement). Dari waktu ke waktu masyarakat kita hidupnya sudah semakin tergantung dengan sistem komunikasi informasi. Jadi jika terjadi gangguan, dampak ekonominya pastilah sangat besar.

"Sebagai langkah antisipatif, secara teknis harusnya ada beberapa jalur alternatif yang dipunyai oleh operator atau penyedia jasa. Apabila tidak dalam kondisi darurat jalur alternatif tersebut juga dapat digunakan untuk memperbesar total aggregate bandwidth. Protokol IP (Internet Protocol) sebenarnya didesain untuk menjadi tulang punggung komunikasi data yang memungkinkan kesetaraan bagi semua layanan dari lapisan fisik, jaringan, hingga aplikasi. Artinya, sistem dapat tetap dan akses tetap dapat dilakukan sekalipun terjadi gangguan baik itu mulai sambungan fisik komunikasi, hingga seluruh data atau informasi yang ada dalam sistem," paparnya.

Menurut LENDY, semuanya memang perlu biaya, tetapi cost dan investasi sistem yang redundant seperti itu adalah konsekuensi logis jika melayani publik. "Saya yakin, operator atau penyedia jasa apalagi pemain skala nasional pasti mampu membangun sistem seperti itu" ujarnya.

Masih dalam kerangka rencana darurat, kata LENDY WIDAYANA, antar operator atau penyedia jasa seharusnya mempunyai kerjasama khusus untuk menghadapi keadaan darurat. Misalnya, pembukaan jalur akses ke gerbang Internet yang dimiliki masing-masing operator secara reciprocal (timbal balik). Secara teknis, hal tersebut sangat memungkinkan. Secara finansial, bisa dihitung. Masalahnya mungkin hanya pada good will untuk melakukan koordinasi satu sama lain.

"Masih banyak tantangan ke depan di sektor infrastruktur informasi komunikasi, kebersamaan kita sebagai operator, pebisnis dan praktisi khususnya dalam situasi darurat seperti saat ini sedang diuji," tuturnya pada suarasurabaya.net.

03 February 2007

Penyerapan Aplikasi TI Masih Lamban di Level Korporat

28 Januari 2007, 18:30:32, Laporan Iping Supingah

Penyerapan Aplikasi TI Masih Lamban di Level Korporat

ssnet| Teknologi informasi (TI) komunikasi telah merasuk ke semua lapisan masyarakat di Indonesia. Namun di dunia bisnis pemanfaatan teknologi ini masih lebih cepat adopsinya di tingkat pengguna perorangan ketimbang di level korporasi. Mengapa demikian?

LENDY WIDAYANA Managing Partner IDD Research and Documentary pada suarasurabaya.net, Minggu (28/01) mengatakan, banyak perusahaan belum dapat memadukan kemampuan teknologi informasi dengan kebutuhan bisnisnya secara utuh. Teknologi informasi hanya dipandang sebagai alat bantu (tools), bukan sebagai enabler bagi daya saing.

"Dari pengalaman dan pengamatan selama ini, kondisi ini bukan saja terjadi di perusahaan kecil menengah, tapi masih banyak terjadi juga di perusahaan besar di Indonesia. Di level korporat harus diakui bahwa adopsi teknologi informasi komunikasi lebih cepat di lingkungan PMA. Hal ini karena mindset para top manager sampai ke level eksekusi memang dipaksa untuk itu," ujarnya.

LENDY menambahkan, pendekatan People-Process-Technology selalu menjadi pegangan dalam perpaduan manajemen dengan teknologi. Masih melekat dalam budaya kita, kalau orang asing yang bicara kita lebih percaya walaupun sebenarnya solusi teknologinya sama dengan yang dikuasai oleh orang lokal.

Menurutnya, memadukan teknologi informasi komunikasi dengan bisnis memang tidak bisa plug and play. Walaupun tidak sampai level teknis, di jaman sekarang pihak manajemen organisasi dituntut mutlak memahami kemampuan dan keterbatasan teknologi. Sebaliknya, orang teknis dalam organisasi dapat merangkai teknologi menjadi solusi bagi bisnis. Awal masalah adalah tersendatnya komunikasi kedua unsur ini.

Kata LENDY mantan Executive Director di Ciputra Cyber Institute ini, yang sering dilupakan juga bahwa keberhasilan implementasi teknologi informasi komunikasi di level korporat memerlukan pendekatan top-down, atas ke bawah. Tidak bisa bottom-up, karena diperlukan perubahan tata kerja yang punya implikasi luas.

"Jadi tidak mungkin seorang atau kelompok bawahan yang menjadi lokomotif perubahan. Sebagai contoh, saya menyaksikan sendiri ketika seorang Direktur Utama sebuah perusahaan daerah di Jawa Timur terjun langsung ke setiap meeting sistem informasi dan melihat sendiri bagaimana proses instalasi server dan sistem keamanan secara rinci. Setiap perubahan memerlukan strong leader, inilah tantangan leadership para top manager di era Change or Die ini," ungkap LENDY WIDAYANA Managing Partner IDD Research and Documentary pada suarasurabaya.net.

12 December 2006

Soft Skills Sangat Diperlukan Profesional IT

11 Desember 2006, 11:07:44, Laporan Iping Supingah, SuaraSurabaya.Net

ssnet| Kualitas technical skill orang IT Indonesia tidak kalah dibanding dengan negara lain. Namun saat ini elemen soft skills masih diabaikan.

"Dalam sebuah breakfast meeting dengan mitra saya seorang vice president sebuah perusahaan Information Technology yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara, diskusi kami banyak membahas soal communication & soft skill yang sangat diperlukan oleh korporat dan individu profeisional yang bergerak di dunia IT," ungkap LENDY WIDAYANA, Managing Partner IDD Research and Documentary pada suarasurabaya.net, Senin (11/12).

Kata LENDY, kalau menengok ke belakang, kebangkitan ekonomi digital Amerika Serikat yang dimulai di era BILL CLINTON adalah setelah pernyataan yang sangat inspiratif dari AL GORE Wakil Presiden di UCLA bulan Januari 1994 tentang "Information Superhighway".

Melihat pada sederet nama besar seperti BILL GATES (Microsoft), LARRY PAGE (Google), STEVE JOBS (Apple), MICHAEL DELL (Dell), JEFF BEZOS (Amazon.com), TERRY SEMEL (Yahoo!), mereka adalah orang-orang yang piawai dalam hal public relations bukan saja di internal perusahaan sebagai inspirator dan motivator, tetapi mampu menggalang berbagai aliansi strategis dengan berbagai perusahaan lain.

Selain itu, setiap pernyataan publik mereka sangat strategis bagi kepentingan pergerakan nilai saham perusahaan yang mereka nahkodai.

Kata LENDY, seperti ditulis oleh DAN PINK dalam buku larisnya "A Whole New Mind" yang menyatakan bahwa "soft skills have become the source of economic survival" memang di dunia yang makin ketat persaingannya saat ini profesional IT tidak cukup punya technical skill.

"Sepengetahuan saya kualitas technical skill orang IT Indonesia tidak kalah dibanding dengan negara lain. Namun kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan (leadership), teamwork dan organisasi, adalah elemen soft skills yang masih diabaikan baik di sekolah maupun perusahaan yang bergelut di bidang ini," ujarnya.

Menurut LENDY, dalam berkomunikasi, banyak terjadi seorang karyawan punya gagasan dan kecakapan tinggi di bidang IT, tetapi ia tidak mampu berbicara secara interpersonal apalagi di depan publik untuk meyakinkan pimpinan perusahaan apalagi investor tentang gagasannya itu.

Menyangkut kepemimpinan (leadership) dijelaskan LENDY, sukses manajemen perusahaan IT adalah sangat tergantung pada pola kepemimpinan mulai dari pemilik hingga pengelola. Dengan dalih tidak mengerti soal IT tidak jarang sang boss di perusahaan juga tidak dapat menjadi inspirator dan motivator bagi kesuksesan perusahaannya. Padahal IT sarat dengan ketergantungan pada sumber daya manusia bermotivasi tinggi untuk mencipta, bersaing dan memberi solusi bagi pelanggan.

Sedangkan budaya kerja secara teamwork dan organisasi adalah tantangan keras profesioanal IT yang punya kecenderungan bekerja secara individual. Bisnis sangat menuntut kecepatan, bekerja secara individu dapat menghambat kinerja tim secara keseluruhan.

Ditegaskannya, banyak juga pekerja IT yang menganggap bahwa pekerjaan mereka bak seorang seniman yang sangat tergantung mood. Kalau perusahaan bukan milik kita sendiri argumen seperti itu tidak berlaku.

Bagaimana dengan membangun daya saing Indonesia? Harap maklum jika perkembangan teknologi informasi komunikasi negeri ini seolah berjalan di tempat, karena para petinggi negara ini tidak pernah mengomunikasikan secara sistematik, konsisten dan menggugah masyarakat secara terus menerus tentang peran penting teknologi informasi komunikasi bagi masa depan bangsa Indonesia, paparnya.

Managing Partner IDD Research and Documentary ini mengatakan, ketika saat ini IT sudah menjadi komoditi dan informasi dunia telah menyatu karena internet, untuk membangun persepsi secara nasional dan global, saat ini Indonesia lebih memerlukan kolaborasi antara lembaga dan pakar di bidang komunikasi dengan para industrialis, praktisi dan ahli di bidang teknologi informasi komunikasi.


Sumber URL : http://www.suarasurabaya.net/statis/11122006/36222.html

23 November 2006

Ngobrol IT di Balikpapan, 23 Nopember 2006


Kamis, dua puluh tiga Nopember 2006 sore, sambil menunggu jadwal pesawat untuk pulang malamnya, saya sempat ngobrol bersama Ladung dan Bismar soal perkembangan dan dinamika komunitas IT di Balikpapan. Komunitas adalah basis kekuatan untuk mengembangkan knowledge di dunia IT yang berkembang sangat cepat.

Bersyukur setelah cukup lama bergelut dalam dunia manajemen di IT sampai saat ini saya masih suka dengan hal-hal yang sangat teknis. Ini mungkin resep bagus supaya kita tidak stagnan dan terus berinovasi.

Sambil ngobrol, saya sempat motret suasana beringsutnya sang surya di pinggir pantai yang saat itu horizon dipenuhi awan pekat, tapi semuanya masih menyisakan keindahan alam di Balikpapan.

14 September 2005

Implikasi luas jaringan akses Internet kecepatan tinggi.

Tidak seperti layaknya koneksi internet biasa dengan dial-up yang saat ini terasa makin lambat. Jaringan pita lebar atau yang biasa disebut  broadband (ratusan kilobit hingga megabit per detik) di Internet saat ini mulai banyak digunakan sampai ke tingkat pengguna rumahan kota besar. Akses Internet broadband memungkinkan kita dapat menikmati berbagai aplikasi berbasis Internet yang sebelumnya sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan dengan saluran dial-up, seperti Video on Demand, TV online, Radio online, telepon melalui Internet (VoIP), game interaktif online, dan sederet aplikasi interaktif lain berbasis Internet yang semakin menarik dari waktu ke waktu. Kecepatan akses melalui jalur pita lebar Internet ini seolah sama atau bahkan lebih cepat dibanding kita membuka sebuah aplikasi dari hard disk komputer lokal. Pendeknya, Internet kecepatan tinggi berdampak perlu ada redefinisi dan pemetaan ulang bisnis. Di Amerika, menurut Business TMC net, raksasa search engine Google dikabarkan akan mengratiskan akses Wi-Fi di Amerika. Langkah Google ini diramal akan menghancurkan bisnis operator macam SBC, Verizon dan lain-lain. Teknologi VoIP oleh pengamat diidentikkan dengan teori E=M*C2 nya Einstein yang menjadi, Matinya Operator Telekomunikasi = Free WiFi * Free VoIP2.

Terobosan untuk efisiensi dan mencerdaskan orang Indonesia.

Negara-negara lain telah berlomba membangun infrastruktur Internet kecepatan tinggi. Dampaknya, arus informasi menjadi semakin deras dan cepat. Kecepatan dan akses informasi yang semakin luas adalah daya saing suatu bangsa. Jika bangsa kita tertinggal membangun infrasturktur informasi dan komunikasi, ibarat siput beradu lari dengan seekor cecak. Maka jelas si siput kalah. 

Agaknya pembuat kebijakan di negeri ini harus lebih percaya bahwa rakyat dari pelosok negeri ini sampai pada pelaku bisnis swasta di gedung bertingkat kota besar saat ini sudah dapat membangun sistem komunikasi berbasis Internet yang murah secara swadaya. Bukankah cara itu sebenarnya meringankan anggaran pemerintah ? Secara de-facto, teknologi wireless broadband network yang ada saat ini sangat memungkinkan untuk menjadi tulang punggung informasi komunikasi sampai pelosok pucuk gunung dimanapun wilayah negeri ini. Pemerintah daerah tingkat dua-pun dapat mulai bersaing dengan daerah lainnya dengan membuka lebar jalur akses informasi dari dan untuk masyarakatnya.

Negara kita saat ini sudah lama mengalami masa sulit. Artinya, kita perlu menghilangkan berbagai sumber inefisiensi, termasuk membuang regulasi yang kontra produktif terhadap perluasan akses informasi bagi masyarakat. Dengan membangun jalur komunikasi informasi kecepatan tinggi yang dapat dibangun sendiri oleh masyarakat, negara bisa menghemat banyak hal, namun sekaligus membuat rakyatnya semakin cerdas. Lompatan teknologi harus ditempuh dan broadband pun tidak lagi hanya menjadi konsumsi orang kota.

Hadirnya akses Internet kecepatan tinggi jelas akan mendorong tumbuhnya industri ASP (Application Service Provider) yang akan memberi peluang bagi pengembang piranti lunak Indonesia untuk menyewakan beragam program aplikasi bisnis secara online kepada publik. Apalagi di era makin tegaknya Undang-Undang Hak Atas Kekayaan Intelektual saat ini, hal ini jelas merupakan efisiensi yang luar biasa bagi pengguna. Karena cukup dengan menyewa, tidak diperlukan lagi untuk selalu membeli piranti lunak aplikasi. Tarip sewa pun bisa diatur sesuai dengan waktu pemakaian. Cara ini juga merupakan jalan keluar bagi perusahaan kecil untuk dapat menggunakan piranti lunak bisnis dengan harga yang ekonomis dan tidak perlu membajak. Nilai plus lain, penyewa akan selalu mendapatkan versi terbaru yang dikembangkan oleh para pengembang perangkat lunak.

Untuk aplikasi pendidikan, kalau saja tidak mementingkan seremonial dan pengaturan yang aneh-aneh, detik inipun dengan program gratis seperti Yahoo Messenger, audio dan video conference dapat digunakan misalnya untuk memberi pelajaran atau kuliah jarak jauh antara Surabaya dengan Jayapura. Apalagi dengan teknologi broadband, ragam konten aplikasi pendidikan yang biasanya hanya diperoleh di Jawa dapat diikuti secara multimedia di seantero negeri. Alangkah bahagianya bangsa ini, apabila murid-murid SD di Papua dapat bertukar cerita pelajaran secara multimedia dengan rekan-rekannya di Jambi. Negeri kita lebih kaya akan pesonanya dibanding negeri lain. Cuma karena kita tidak memasuki pertempuran informasi dunia yang juga dilakukan melalui Internet, popularitas kita di bawah Singapura. Tersedianya jalur Internet kecepatan tinggi, memudahkan konten pariwisata dari seluruh pelosok negeri ini semakin mudah untuk diakses juga secara multimedia oleh pengguna Internet mancanegara. Ini semua tentu saja bukan khayalan, karena teknologi yang dapat menjawab permasalahan tadi secara murah telah banyak tersedia di pasaran.

Sekalipun telah menggunakan teknologi informasi komunikasi, banyak perusahaan yang belum mengetahui bahwa dapat dijalin koneksi online untuk data, suara dan gambar yang membentuk sebuah kesatuan antarkantor misalnya antara Jakarta, Surabaya, Balikpapan dan Banjarmasin. Kesatuan koneksi online itupun dapat disambungkan langsung melalui satu saluran ke Internet untuk dipakai secara bersama-sama. Itu semua untuk perusahaan besar yang mampu. Untuk perusahaan skala UKM yang notabene adalah basis ketahanan ekonomi Indonesia, asalkan semua potensinya terkoordinir dalam jumlah tertentu, biaya akses dapat ditanggung renteng secara bersama. Penjelasan yang intens kepada pelaku bisnis di semua lapisan oleh penyedia jasa komunikasi data dan Internet khususnya di daerah-daerah, tentunya akan menaikkan permintaan sekaligus menaikkan ARPU (Average Revenue Per User) penyedia jasa. Yang akhirnya dapat menurunkan harga satuan hingga masyarakat-pun akan semakin menjangkau dan mendapat manfaatnya.

19 April 2005

IT = Inspiration Technology atau Innovation Technology

Jaman sekarang kalau pengertian IT sekadar menjadi Information Technology nampaknya akan terlalu dangkal. IT sebagai Inspiration Technolgy akan menstimulir gagasan-gagasan baru yang diperoleh akibat kemampuan teknologi itu dalam hal informasi dan komunikasi. Gagasan-gagasan baru akibat kemampuan teknologi yang terus bergulir akan menghasilkan berbagai inovasi baru bagi penggunanya (Innovation Technology). Upaya perluasan aplikasi IT bagi Indonesia menjadi lebih penting, ketimbang kesibukkan membahas mengenai fitur teknologi yang akhirnya hanya mendidik orang menjadi konsumen pengikut tren dan bukan menarik manfaat maksimal dari sebuah produk teknologi.

Kesenjangan Digital - Kesenjangan ekonomi

Karena asik dengan bagaimana caranya mencapai kekuasaan dari waktu ke waktu, penguasa negeri ini memang seolah tidak peduli akan masa depan bangsanya.

Di banyak negara, juga negara-negara berkembang lain, mereka semua sibuk membangun infrastruktur telekomunikasi dan informasi, karena mereka sadar bahwa ekonomi negara di masa depan sangat ditentukan oleh knowledge bangsa itu. Knowledge bangsa dapat dibangun dengan mempersempit apa yang disebut sebagai kesenjangan digital (digital divide). Kesenjangan digital akan semakin membuat kesenjangan ekonomi suatu bangsa.

Langka, informasi media tentang aplikasi TI

Ketika majalah Infokomputer muncul pada tahun '80 an (sepertinya saya masih menyimpan arsipnya), majalah ini masih menyediakan ruang bagi pemberitaan aplikasi komputer di berbagai bidang. Sungguh disayangkan, infromasi tentang aplikasi TI dalam sejak edisi-edisi tahun '90 hingga saat ini tidak lagi mendapat tempat di majalah ini.

Saat ini, masih sangat minim sekali media baik koran, majalah, tabloid tentang teknologi informasi khususnya komputer yang mengungkap tentang berbagai aplikasi dan manfaat teknologi itu. Sepengetahuan saya hanya majalah SWA melalui rubrik SWAdigital yang mempunyai rubrik khusus tentang aplikasi teknologi informasi ini.

Sebenarnya masyarakat awam sangat banyak memerlukan pengetahuan tentang aplikasi dan manfaat TI. Melalui pengetahuan ini akan timbul inspirasi dan motivasi baru untuk memanfaatkan TI dalam spektrum yang lebih luas. Karena jika media hanya membahas tentang fitur-fitur teknologi, membuat yang awam semakin awam dan kecanggihan teknologi semakin menjadi momok bagi mereka yang akan mencoba menggunakannya.

Komputer = produktivitas ?

Seorang kawan baik saya seperjuangan hidup, seprofesi di era '87-'89 mengatakan kepada saya tentang pengalamannya dengan komputer sejak jaman kami dulu hingga sekarang. Di tulisan ini sementara saya belum bisa menyebut namanya, karena dia masih menduduki sebuah jabatan struktural di kampusnya.

Apa yang sering kami perbincangkan sejak dulu (kita mulai dari jaman Apple II, Apple IIe, IBM PC-8080, IBM PC XT-8088 4,77 MHz, IBM PC AT-80286) adalah antara processing power vs produktivitas kerja dengan komputer. Maksudnya, kalau kemampuan proses komputernya berlipat, tapi kemampuan kita untuk memaksimalkan kerja komputer tetap, ya berarti produktivitas kita tidak bertambah dengan kemampuan komputer itu.

Berikut cuplikan pendapat teman saya.

.............
Satu lagi sebenarnya saya ingin menyederhanakan hidup, dulu konsepnya komputer adalah alat untuk membantu pekerjaan, bisa cepat, akurat, produktif. Tapi tetep aja saya pulang jam 18, tetep aja kerja keras dan belajar untuk mengikuti trend, hanya sekedar agar bisa mengoperasikan komputer dengan benar dan produktif.

Maksud saya belajar komputer cukup 1 tahun, lalu pekerjaan rutin bisa selesai dalam 5 menit, sisa waktunya untuk istirahat, tapi malah gak abis2, software dan hardware semakin canggih, 1000x labih cepat dari jaman Scomptec tapi tetep aja kerjanya lebih dari 12 jam. Ini saya rasakan sebagai Paradoks.

Saya ingat cerita orang "bijak" begini:

Suatu hari seorang pengusaha jalan-jalan di pesisir dan menemui nelayan yang sedang duduk santai tiduran sambil menikmati rokoknya padahal baru jam 8 pagi. Terjadilah dialog yang kurang lebih begini

+ Kenapa kamu bersantai saja, padahal kalau waktunya dipakai untuk kerja kamu akan dapat uang lebih
- Kalau dapat uang lebih terus ?
+ Kamu bisa tabung dan nanti bisa beli perahu lagi lalu disewakan
- Setelah itu ?
+ Hasil sewanya bisa ditabung dan perahu bisa berkembang jadi kapal
- Lalu ?
+ Kau bisa usaha dengan kapal itu dan menghasilkan uang, lalu bisa bikin ruko, dan kamu bisa usaha macam2 di situ

- Kalau sudah ?
+ Nantinya di hari tua kamu bisa bersantai dengan menikmati hasil usahamu, itu kalau jadi.
- Memangnya yang bapak lihat sekarang saya sedang apa? Bersantai kan !?
+ . . . . .

Ya seperti itulah yang saya rasakan Pak Lendy, jadi sebenarnya saya sudah bersantai, kerja kerasnya adalah pengisi waktu dikala santai. Jadi sekarang saya ingin menyederhanakan hidup, pekerjaan kalau bisa saya delegasikan ke teman2 junior, saya hanya mengendali kuda supaya baik jalannya. Kebetulan di jurusan yang saya pegang sedang booming (untuk ukuran kampus saya) penerimaan siswa melebihi 5 jurusan di Fak.Teknik, jadi saya boleh agak santai karena penerimaan siswa jauh di atas yang ditargetkan dan boleh sak karepe..

Masih ada waktu untuk baca KM-nya pak Lendy.

18 March 2005

Resensi : The Art of Innovation

Dari bacaan buku
The Art of Innovation.
Pelajaran Kreativitas dari IDEO,
Perusahaan Desain Terkemuka di Amerika

"Rutinitas adalah musuh utama inovasi", tutur Tom Kelley, General Manager dari IDEO (http://www.ideo.com). Teamwork adalah semangat disertai galang-gagas (brainstorming) yang tiada henti adalah tindakan yang sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Inilah yang menjadikan IDEO, sebuah perusahaan disain terkemuka di dunia memperoleh IndustrialDesign Excellence Award selama lebih dari satu dekade. Bagi kita yang belum pernah mendengar nama perusahaan ini, selain telah mendisain lebih
dari 3000 produk kelas dunia, IDEO adalah perancang mouse komputer yang dipakai pertama kali oleh Apple Computer.

Yang sangat menarik, buku karangan Tom Kelley dan Jonathan Litman dengan pengantar Tom Peters ini tidak seperti buku-buku lain tentang kisah sukses perusahaan yang lebih banyak menceritakan orangnya. Tetapi setiap halaman buku ini mempunyai fokus yang rinci tentang proses bagaimana enerji dan rahasia inovasi demi inovasi yang tiada henti dapat dihasilkan, sejak "pengertian produk, observasi, visualisasi, evaluasi, perbaikan dan implementasi". Tom Kelly memberikan ratusan contoh nyata
bagaimana melakukan observasi pada pengguna produk kliennya, 7 rahasia galang-gagas yang efektif, dan bagaimana proses iterasi suatu disain hingga sebuah produk dapat digunakan.

Buku yang telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa, termasuk Indonesia ini ditulis dengan gaya populer, sehingga setiap metode yang diceritakan dalam buku ini menjadi sangat inspiratif untuk diterapkan dan dikembangkan dalam lingkungan perusahaan tempat kita bekerja.

Inovasi adalah untuk masa depan yang dapat diprakirakan. Dan The Art of Innovation adalah untuk mereka yang memiliki keberanian untuk memulai sesuatu yang baru. Jadi... lanjutkan menyaksikan pertunjukkannya ! Itulah kata-kata Tom Peters pada bagian pengantar buku ini.

Semoga bermanfaat.