05 February 2007

Penyedia Jasa Komunikasi Informasi Perlu Serius Buat Rencana Darurat

03 Februari 2007, 17:56:25, Laporan Iping Supingah

Belajar Dari Banjir Jakarta
Penyedia Jasa Komunikasi Informasi Perlu Serius Buat Rencana Darurat

ssnet| Sebagai langkah antisipatif, secara teknis harusnya ada beberapa jalur alternatif yang dipunyai oleh operator atau penyedia jasa untuk kondisi darurat.

Bencana alam memang tidak bisa diduga kapan akan terjadi dan bagaimana akibatnya. Namun bukan berarti kita sebagai manusia sampai dengan batas tertentu tidak dapat mengantisipasinya.

LENDY WIDAYANA Managing Partner IDD Research and Documentary pada suarasurabaya.net, Sabtu (03/02) mengatakan, terganggunya Sentral Telepon Otomat (STO) Semanggi II di Jl. Gatot Soebroto yang sangat strategis di Jakarta karena banjir Jumat (02/02) kemarin mengakibatkan puluhan ribu SST di wilayah segitiga emas terputus. Sebenarnya ini sudah pernah terjadi ketika jaman Menparpostel JOOP AVE tahun 1996 lalu.

Kata LENDY, di layanan internet kerugian juga dialami oleh pelanggan internet Speedy PT. Telkom. Karena simpul akses se Indonesia ke gerbang internet internasional yang berada di Jakarta mengalami gangguan juga akibat banjir. Praktis pelanggan Speedy PT. Telkom di luar Jakarta pun terkena imbasnya.

Menurut LENDY, populasi pelanggan di Jakarta memang besar, namun pelanggan Speedy bukan hanya di Jakarta. Di manapun mereka, sebagai pelanggan semuanya menuntut ketersediaan (availability) akses yang sama. Jika menyangkut layanan publik secara massal seharusnya desain sistem informasi komunikasi wajib memasukkan unsur disaster recovery (pemulihan dari bencana) dan contingency planning (rencana darurat) sebagai bagian dari SLA (Service Level Agreement). Dari waktu ke waktu masyarakat kita hidupnya sudah semakin tergantung dengan sistem komunikasi informasi. Jadi jika terjadi gangguan, dampak ekonominya pastilah sangat besar.

"Sebagai langkah antisipatif, secara teknis harusnya ada beberapa jalur alternatif yang dipunyai oleh operator atau penyedia jasa. Apabila tidak dalam kondisi darurat jalur alternatif tersebut juga dapat digunakan untuk memperbesar total aggregate bandwidth. Protokol IP (Internet Protocol) sebenarnya didesain untuk menjadi tulang punggung komunikasi data yang memungkinkan kesetaraan bagi semua layanan dari lapisan fisik, jaringan, hingga aplikasi. Artinya, sistem dapat tetap dan akses tetap dapat dilakukan sekalipun terjadi gangguan baik itu mulai sambungan fisik komunikasi, hingga seluruh data atau informasi yang ada dalam sistem," paparnya.

Menurut LENDY, semuanya memang perlu biaya, tetapi cost dan investasi sistem yang redundant seperti itu adalah konsekuensi logis jika melayani publik. "Saya yakin, operator atau penyedia jasa apalagi pemain skala nasional pasti mampu membangun sistem seperti itu" ujarnya.

Masih dalam kerangka rencana darurat, kata LENDY WIDAYANA, antar operator atau penyedia jasa seharusnya mempunyai kerjasama khusus untuk menghadapi keadaan darurat. Misalnya, pembukaan jalur akses ke gerbang Internet yang dimiliki masing-masing operator secara reciprocal (timbal balik). Secara teknis, hal tersebut sangat memungkinkan. Secara finansial, bisa dihitung. Masalahnya mungkin hanya pada good will untuk melakukan koordinasi satu sama lain.

"Masih banyak tantangan ke depan di sektor infrastruktur informasi komunikasi, kebersamaan kita sebagai operator, pebisnis dan praktisi khususnya dalam situasi darurat seperti saat ini sedang diuji," tuturnya pada suarasurabaya.net.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home